Lepas Saham vs Berhutang

Sore itu saya bertemu seorang pebisnis wanita paruh baya, dia ingin mengajukan pinjaman untuk bisnisnya yang sedang berkembang.

Ibu ini berbisnis energi. Lebih dari 10 pom bensin dimiliki dan beberapa bisnis lainnya.

Saya tanyakan apakah sudah mengajukan ke Bank?

“Sudah dan kurang” jawabnya.
“Saya mau ekspansi menambah jumlah pom bensin yang saya miliki”, ujarnya.

Lalu ibu butuh berapa? tanya saya.

“Butuh 50M” jawabnya

Saya infokan ke dia, kalau bukan via bank, nilai aset sebagai jaminan akan diminta lebih tinggi dan margin/bunga akan lebih tinggi dari bank.

Saya hitung cepat dan tunjukkan berapa beban dan cicilan pokok yang harus dibayar olehnya.

“Besar juga” gumamnya.

Mau ga Bu, ibu ga perlu bayar margin/bunga dan gak perlu mengembalikan pokok, tapi ibu bisa dapat dana yang ibu cari.

“Caranya gimana mas?” selidiknya..

Ibu melepas sebagian kepemilikan saham Ibu, misalnya 20% saja ke para investor publik di pasar modal.

Nanti saya hitungkan nilai valuasi perusahaan ibu apakah lebih dari cukup untuk dapat dana yang ibu butuhkan.

“Begitu ya…”gumamnya

Lalu saya jelaskan ibu juga bisa buy back lagi sahamnya jika ibu sudah melimpah kas perusahaan.

Rasa penasarannya muncul. Ingin tahu lebih jauh dan percakapan kami jadi lebih lama dari rencana pertemuan saat itu.

– – – – – – akhir cerita

Literasi pasar modal khususnya pencarian dana melalui pasar modal dengan penawaran umum saham perdana (IPO) masih rendah.

Salah satu contoh nyata adalah cerita di atas. Level usaha ibu ini sudah skala menengah menuju besar. Namun mendengar tentang IPO, dan Pasar modal adalah hal baru baginya.

Edukasi pasar modal dan IPO sangat perlu rutin dan intens dilakukan oleh pihak Bursa. Meskipun sudah ada event2 reguler ttg workshop IPO diselenggarakan, nampaknya jangkauan partisipan perlu diperluas.

#IPO #GoPublic #PasarModal #HRNotes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *