Business Acumen (Part 1)

Perusahaan skala sudah besar, masih menengah atau bahkan masih kecil mempunyai bahasa bisnis yang sama, yaitu bahasa universal bisnis, sering disebut dengan Business Acumen.

Business acumen sering disinonimkan dengan Business Sense atau Business Savvy. Dari banyak literatur, Business Acumen sering didefinisikan sebagai:

“keenness and quickness in understanding and dealing with a “business situation” (risks and opportunities) in a manner that is likely to lead to a good outcome”

Dua buku yang paling banyak jadi rujukan untuk mendalami Business Acumen adalah buku karangan Ram Charan, pakar bisnis dari Universitas Harvard yg berjudul “What CEO wants you to know” dan buku karya Kevin Cope berjudul “Seeing a Big Picture” yg merupakan best seller Wall Street Journal & New York Times.

Ram Charan yang berpengalaman menjadi konsultan para CEO dari perusahaan fortune 500 bahkan mengingatkan tidak jadi persoalan mau anda hanya jualan buah di pinggir jalan atau menjalankan perusahaan besar fortune 500, hukum universal bisnisnya sama untuk berhasil. Anda perlu kuasai dasarnya, yakni bagaimana bisnis itu berjalan dan menghasilkan uang.

Walau anda bukan pengusaha, hanya seorang karyawan, bukan seorang CEO dan bukan juga di departemen finance, anda perlu mempunyai pengetahuan business acumen, apa yang mendorong bisnis perusahaan berhasil. Pengetahuan ini membuat anda punya kelebihan dari rekan kerja anda, karena anda tahu apa yang diinginkan oleh CEO Anda.

Singkat kata, seseorang di dalam organisasi bisnis, tidak otomatis membuat mereka paham apa yang penting bagi organisasi. Apa saja itu?

Pengetahuan Business Acumen akan menjawab dua hal penting:

1. How Business really works
2. How Your Organization Makes Money

Sehingga apa yang perlu diketahui dan dikuasai untuk memahami Business Acumen secara tepat?

Anda perlu paham 5 Business Drivers (BD), yaitu Cash, Profit, Asset, Growth dan People. Kelima driver ini unik namun punya keterkaitan satu dengan yang lain. Hal yang paling terkait dengan 5 BD ini adalah 3 laporan keuangan paling inti yang menunjukkan kekuatan perusahaan saat ini dan potensinya di masa mendatang.

Hubungan Driver “Cash” dengan laporan arus kas, Driver “Profit” dengan laporan laba rugi, dan Driver “Aset” dengan laporan neraca membentuk fondasi dari model 5 Driver di atas.

Mari kita lihat satu per satu.

1. Cash

Cash. Kas — menempati posisi pertama. Sudah sering kita dengar ungkapan:

Cash is King.
Cash is an Oxygen Supply for Company.

Perusahaan dengan pendapatan dan profit besar pun bila kas kecil & rendah membuat perusahaan sesak napas untuk bayar tagihan2nya. Artinya perusahaan memiliki nilai piutang yang besar tapi perusahaan sulit untuk menagih piutang ke para pelanggannya dan mengubah piutang menjadi uang kas.

Jadi apa yang perlu diukur di Driver pertama ini. Pertama adalah Posisi Kas atau setara kas yang dimiliki perusahaan.

Berapa kas di tangan yang perusahaan anda punya?
Berapa kas di bank yang anda punya?
Berapa piutang yang bisa dikonversi menjadi kas dalam 90 hari?

Kedua adalah Arus Kas dari Kegiatan Operasi. Selama satu periode (bulan, kuartal atau tahunan) berapa kas yang berhasil dikumpulkan dari kegiatan operasi inti perusahaan anda dikurangi kas yang digunakan untuk membayar pengeluaran operasional. Ini tidak dimasukkan kas dari Investasi (misal mendapat suntikan modal investasi) dan Financing (misal mendapat kucuran pinjaman dari bank).

Lalu bagaimana cara nya agar Driver “Cash” optimal?

Anda bisa memperbaiki kas perusahaan anda dengan cara:

1. Mempercepat pembayaran piutang dari pelanggan sehingga waktu yang dibutuhkan piutang untuk dikonversi ke kas menjadi lebih cepat.

2. Membayar tagihan lebih lambat. Jika selama ini bayar tunai ke supplier, coba dinego agar diberikan tempo pembayaran misal 14 hari. Jika sudah diberikan tempo misal 14 hari, dinego menjadi 30 atau bahkan 45 hari.

3. Memperbaiki efisiensi dalam persediaan dimana persediaan jadi terjual lebih cepat. Bila awalnya, persediaan habis rata2 dalam 60 hari, maka dicari cara efisiensi agar putaran persediaan bisa lebih banyak dan persediaan terjual lebih cepat.

4. Memperbesar arus kas bebas dengan menaikkan pendapatan atau menurunkan pengeluaran.

Contoh sederhana implementasi pada Driver pertama ini ialah dimana saya sendiri mengalami situasi dimana salah satu karyawan saya di bagian operasional yang tugasnya untuk pengiriman barang dan pengambilan cek, suatu ketika mengalami jadwal bentrok dimana pengiriman barang sudah terjadwalkan dari hari-hari sebelumnya namun ada pelanggan yang mendadak infokan bahwa pengambilan cek sudah bisa dilakukan.

Menurut anda, mana yang harus didahulukan bila mengalami kondisi di atas? Karena tidak tahu mana yang lebih penting bagi perusahaan, karyawan bersangkutan hanya mengikuti jadwal dan pengambilan cek akan dijadwalkan keesokan hari ketika sudah kosong jadwal pengiriman barang. Apabila ternyata jadwal sudah penuh pekan ini dan ternyata dimasukkan di pekan depan. Bagaimana pendapat anda?

Bila kondisi ini terjadi, perusahaan akan lebih lambat menerima pencairan cek yang sudah siap diambil dan uang masuk akan lebih lama. Coba bayangkan jika ceknya bernilai besar dan kejadian ini berulang-ulang sedangkan misalkan perusahaan saat itu sedang membutuhkan kas untuk membayar tagihan-tagihan yang telah jatuh tempo.

Dari contoh di atas, bisa disimpulkan bahkan business acumen pun perlu diajarkan ke karyawan di level bawah sekalipun, tentu dengan jargon dan bahasa yang sederhana.

Bersambung…

(img source : https://www.pcrevue.sk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *