Setiap pendiri dan manajemen perusahaan berniat menumbuhkan usahanya. Kendala di banyak bisnis kecil dan menengah adalah terbatasnya permodalan. Salah satu cara mendapatkan permodalan adalah menawarkan saham perusahaan ke publik, yaitu dengan mencatatkan diri sebagai perusahaan terbuka di bursa efek indonesia (BEI).
Salah satu perusahaan yang tidak tergolong besar tapi berani melangkahkan kakinya di BEI adalah PT Protech Mitra Perkasa Tbk. (kode: OASA). Kala itu, tepatnya di tanggal 18 juli 2016, OASA resmi mencatatkan diri di lantai bursa. Dalam kurun waktu satu tahun, nilai perusahaan (baca: kapitalisasi pasar) bertumbuh lebih dari 200%.
Mari kita bedah kondisi bisnis OASA saat masuk bursa.
OASA mendaftarkan diri ke bursa menggunakan laporan keuangan tahun buku 2015. Laporan keuangannya bisa dilihat di tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Laporan Keuangan OASA 2013–2015

Dari laporan keuangan di atas, bisa kita lihat, aset OASA di tahun 2015 hanya Rp 14.4 milyar, belum genap Rp 15 milyar. Penjualan tahun tersebut juga baru mencapai Rp 25.2 milyar. Angka ini juga mengalami penurunan yang besar (sekitar 50%) dari penjualan di tahun 2014 yang sempat menembus Rp 50.6 milyar. Laba komprehensif positif sebesar Rp 2.7 milyar di tahun 2015.
Mengacu pada regulasi pemerintah, walau aset baru Rp 14.4 milyar OASA bisa mendaftarkan diri untuk menjadi perusahaan terbuka dan dicatat di papan bursa untuk diperdagangkan dan dibeli sahamnya oleh para investor di bursa saham. Syarat besaran aset berwujud bersih (setelah dikurangi hutang-hutang dan aset tak berwujud) adalah lebih dari Rp 5 milyar agar sebuah perusahaan bisa masuk ke papan pengembangan di BEI. Dari syarat ini, OASA sudah memenuhinya.
Adakah syarat lainnya? bisa dilihat di gambar di bawah ini.

Dari gambar ini, bisa kita ketahui bersama saat ini ada 2 papan perusahaan di BEI, yaitu papan utama dan papan pengembangan. Papan utama adalah untuk perusahaan-perusahaan besar dengan aset lebih dari Rp 100 milyar, dan papan pengembangan adalah untuk perusahaan-perusahaan menengah. Walau berbeda, pada praktiknya, ketika investor saham membeli atau menjual sahamnya tidak akan dibedakan antara kedua papan ini. Karena sistem transaksi saham yang digunakan menggunakan sistem yang satu/sama.
GCG & Susunan Organisasi
Mari kita lanjut bedah OASA. Kali ini terhadap unsur GCG (Good Corporate Governance) yaitu kelengkapan organisasi. Setiap perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen, direktur independen, komite audit, unit audit internal dan sekretaris perusahaan. Maksud independen disini adalah tidak punya saham di perusahaan dan tidak ada hubungan keluarga dengan pemegang saham perusahaan.
Susunan organisasi OASA adalah sbb.
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Anita Marta
Komisaris Independen : Silvia Sujanto
Direksi
Direktur Utama : Anton Santoso
Direktur Independen : Novi Satriadi
Komite Audit Perseroan
Silvia Sujanto, Ketua, merangkap Komisaris Independen
Sri Gustina Hasibuan, Anggota
Anindya Natasa, Anggota
Unit Audit Internal
Caroline Feliciany Seikka, Kepala UAI merangkap Anggota
Komite Remunerasi Dan Nominasi
Silvia Sujanto (bertindak selaku Ketua merangkap Anggota)
Anita Marta, (Anggota)
Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)
Novi Satriadi (merangkap Direktur Independen)
Dari syarat yang berlaku, seluruh unsur GCG di atas terpenuhi oleh OASA, namun bila dilihat nama-nama orang yang menduduki jabatan di atas, ada beberapa orang yang merangkap jabatan, bahkan merangkap tiga jabatanseperti Silvia Sujanto (komisaris independen, ketua komite audit dan ketua komite renumerasi dan nominasi). Bila kita total, orang-orang di atas hanya berjumlah 7 orang.
Mari kita lanjutkan dengan melihat jumlah karyawan OASA sbb.

Pegawai tetap OASA hanya berjumlah 11 orang, dimana sisanya adalah pegawai kontrak berjumlah 52 orang. Sehingga bila lihat angka ini, maka 7 orang di atas, sudah terhitung maka tambah 4 orang lagi sehingga kita dapatkan 11 orang pegawai tetap. Namun, untuk pegawai kontrak berjumlah sebanyak 52 orang karena bisnis OASA bergerak di bidang jasa pembangunan prasarana menara telekomunikasi dan jasa pemeliharaannya.
Penawaran Umum OASA
OASA menawarkan harga saham Rp 190 per lembar dimana OASA melepas 160 juta lembar atau setara dengan 44.62% dari modal disetor dan ditempatkan penuh setelah penawaran umum. Sehingga total dana yang didapatkan OASA ketika penawaran umum tersebut sebesar Rp 30.4 milyar. Ketika itu, saham OASA kelebihan permintaan (baca: oversubcribed) sampai 1.5 kali dan terjadi kenaikan harga dari Rp 190 menjadi Rp 270. Sempat melambung ke harga Rp 322.
Dengan kondisi harga penawaran umum Rp 190 per lembar ketika itu nilai pasar OASA dihargai sebesar Rp 68.1 milyar (tanggal 18 juli 2016). Namun kini, per tanggal 16 agustus 2017, harga saham OASA bertengger di harga Rp 400 per lembar dimana nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 143.4 milyar. Berarti bertumbuh lebih dari 200% dari sejak listing perdana di bursa.
Kinerja OASA 2016
kinerja keuangan OASA sepanjang tahun 2016 tidak menggembirakan. Penjualan OASA sangat menurun, dari Rp 25.2 milyar turun menjadi hanya Rp 6.9 milyar. Laba komprehensif yang tahun 2015 positif Rp 2.7 milyar menjadi minus Rp 1.6 milyar. Dari bursa, OASA mendapatkan kucuran dana Rp 30.4 milyar sehingga jumlah ekuitas tumbuh menjadi Rp 50.1 milyar dari Rp 13.2 milyar dan asetnya telah bertambah menjadi Rp 50.7 milyar dari hanya Rp 14.4 milyar. Secara kekuatan aset dan ekuitas, OASA menjadi lebih sehat, namun manajemen OASA harus segera berbenah memperbaiki penjualan dan laba perusahaan agar kembali menuai positif dan peningkatan di tahun 2017 ini.

PENUTUP
sebagai penutup, perusahaan ini acapkali menjadi referensi atau contoh bagaimana perusahaan dengan aset yang masih minim tapi melantai ke bursa saham sehingga meraih dana untuk ekspansi usaha dari para investor di lantai bursa. Tulisan ini bukan untuk rekomendasi beli saham OASA, namun pelajaran bagi para pendiri dan manajemen perusahaan yang ingin melirik alternatif pendanaan untuk pertumbuhan usaha melalui bursa saham. Saham OASA sendiri saat ini kurang likuid diperjual-belikan, namun harganya sudah naik sekitar 200% dari harga perdana ketika ditawarkan, yaitu dari Rp 190 ke Rp 400 (saat tulisan ini ditulis).
sumber referensi:
- Prospektus PT Protech Mitra Perkasa Tbk.
- Laporan Tahunan 2016 PT Protech Mitra Perkasa Tbk.
- Situs IDX.co.id
- Situs Bareksa.com